Langsung ke konten utama

Kita masih keliru memaknai Cinta

Malaka Moeda:

Kita masih keliru memaknai Cinta

Kita saling menoleransi perihal Keyakinan
Kita menggandrungi Persatuan
Kita mengikat kemajemukan
Kita merekat perbedaan
Kita setuju hikmat kebijaksanaan bagi keadilan
Kita merayakan perdamaian

Namun...
Kita tidak dapat mencintai Negeri ini tanpa mengenal isinya.
Mencintai MANUSIA, FLORA DAN FAUNAnya dari 'dekat'.
Tapi mengapa kita toleran terhadap intoleransi ?
Lihat, kejadian-kejadian yang menolak akitivitas keagamaan. Kita justru superior di atas Mayoritas.
Mengapa kita tidak mengadvokasi lingkungan ini ?
Lihat, pembakaran hutan dimana-mana !
Lihat, banjir dimana-mana!
Bukankah tumbuh-tumbuhan itu menyerap air sejak dari hilir ?
Maka jangan heran seketika segerombolon sang pemberi kehidupan itu meluap lebih tinggi dari atap rumah kita.
Lihat, pemeliharaan hewan-hewan yang 'dilindungi' dalam sangkar tuannya. Kita justru ramai-ramai berkunjung ke kebun binatang.

Lihat, penindasan dan pembunuhan dengan masif di ujung Timur sana !
Kita justru mengolok-ngolok pada yang berteriak tentang kebebasan. Kita justru sinis pada yang membicarakan Kemerdekaan. Kita justru 'superio' mengvonis mereka penghianat Bangsa. Bukankah Tuhan menyuruh ummatnya agar menentukan nasib masing-masing ?
Bukankah negeri ini berdalih "kemerdekaan ialah hak segala bangsa, dan penjajahan harus dihapuskan" ?

Kenapa masih terjadi ?
Karna kita masih keliru memaknai Cinta itu sendiri...

Kita hanya mencintai diri kita sendiri
Kita hanya mencintai antar "sesama"
Kita hanya mencintai harta dan kedudukan
Kita hanya mencintai pemerintah (Bukan anti trias politika)
Omong kosong kata lu NKRI harga mati...
Munafik kata lu kita ini Pancasilais..
Bla....blaa...blaa....
Kata kunci: Kita hanya menikmati kenyaman kita masing-masing.
Kita hanya kambingkan hitamkan kata "syukur" (mensyukuri yang kita punya).
Tanpa ingat perintah yang lain. Pura-pura tuli dan buta bahkan. "Jadilah rahmat bagi seluruh alam". Bukankah Rassul adalah Panutan ?


#Malakamoeda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIMPU MBOJO TAMPIL DI SEMARANG Semarang---Minggu, 20 November 2016 Sekarang giliran RIMPU (Busana adat Mbojo/Bima yang dikenakan putri-putrinya) eksis dan harus terus tampil di Semarang oleh Pelajar atau Mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Kota Semarang. Perihal ini adalah agar tetap mempertahankan Budaya asli Dou Mbojo. Dou artinya Orang, Mbojo adalah nama suku orang Bima yang berarti (Orang Bima). Dalam kesempatan ini teman-teman mahasiswa dari KAB maupun Kota Bima ikut berpartisipasi dlm agenda Kirab Budaya dengan tema "PANCASILA RUMAH KITA". Diselenggarakan Pemerintah Kota Semarang. RIMPU dalam perspektif KAB/KOTA [Kab.Bima] Rimpu merupakan sebuah budaya dalam dimensi busana pada masyarakat Bima (Dou Mbojo). Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima ada. Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam (Kesultanan atau Kerajaan Islam). [KOTA BIMA] Rimpu a
Resume "Khittah Perjuangan" HMI MPO Oleh: Kader HMI MPO PENDAHULUAN Khittah Perjuangan HMI merupakan dokumen yang menggambarkan konsepsi ideologi sebagai upaya kader memberi penjelasan tentang cara pandang HMI mengenai semesta eksistensi yang wajib diakui, kebenaran yang wajib diperjuangkan, jalan hidup yang wajib dijunjung tinggi, cita-cita yang perlu diraih, dan nilai-nilai yang mengikat atau menjiwai kehidupannya secara individual dan sosial. Muatan Khittah Perjuangan merupakan penjabaran konsepsi filosopis; azas, tujuan, usaha, dan independensi. BAB I AZAS 1.  Keyakinan Muslim Keyakinan merupakan dasar dari setiap gerak dan aktivitas hidup manusia. Tiap-tiap sistem keyakinan memiliki konsepsi tersendiri dalam mengantarkan pengikutnya pada pemahaman dan kepercayaan terhadap Tuhan.  Pertama , sistem keyakinan empiris atau ilmiah yang obyeknya didasarkan pada sesuatu yang nyata. Kelemahannya, sistem keyakinan ini tidak dapat menjelaskan sisi di luar indrawi.

SPIRIT ISLAM, NASIONALISME DAN MODERNITAS

SPIRIT ISLAM, NASIONALISME DAN MODERNITAS Oleh: Adhar Pada abad ke-20 Masehi, negara-negara yang di bawah kekuasaan imperialisme Barat (Eropa) mengalami gerakan nasionalisme yang tujuannya untuk menghapus pengaruh kekaisaran Eropa dan mendirikan negara sendiri secara otonom atau mendirikan negara merdeka berdaulat. Akhirnya umat Islam pun bangkit, dengan spirit, semangat persatuan dan cita-cita kemerdekaan untuk melepaskan diri dari penjajahan kolonial Eropa yang diilhami oleh semangat nasionalisme Islam. Muncullah gerakan-gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh para mujaddid (tokoh-tokoh pembaharu) di berbagai negara Islam. Indonesia sendiri adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan yang menerapkan nilai-nilai kesatuan melalui Islam Modrernitas sebagai strategi menjunjung tinggi jiwa nasionalisme dan ditandai dengan penerapan sistem demokrasi  terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (USA) dan India. Indonesia memiliki keberagaman etnis, kelompok, da