Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

HILANGNYA ESENSI PENDIDIKAN SEBAGAI JATI DIRI BANGSA (KOMERSIALISASI PENDIDIKAN DALANGNYA)

HILANGNYA ESENSI PENDIDIKAN SEBAGAI JATI DIRI BANGSA (Komersialisasi Pendidikan) Bangsa, menurut Ernest Renan, pemikir dari Perancis, adalah sebuah identitas superior yang mengendap dari kesamaan nasib dan cita-cita sekelompok orang, beserta visi masa depan yang dicanangkan bersama. untuk mempertahankan keberadaan sebuah negara-bangsa di tengah arus globalisasi, identitas yang jelas menjadi sebuah keharusan, termasuk dalam hal identitas kebudayaan. Ya, sebagai sebuah negara-bangsa, seharusnya kita memiliki rumusan kebudayaan yang membuat kita bisa dibedakan dari negara-bangsa lainnya, yang bisa kita katakan sebagai jatidiri bangsa. Jatidiri bangsa ini, tentu saja bukan untuk membuat kita terpisah dari negara-bangsa lain, tetapi untuk membuat kita bisa melangkah dengan mantap ke depan, membentuk takdir dan masa depan kita sendiri. Kebutuhan akan jatidiri ini, bisa dianalogikan dengan kehidupan individu: tanpa jatidiri yang kukuh, tanpa penghayatan akan identitasnya sendiri yang

MAHASISWA NTB-SEMARANG MENDESAK PEMPROV NTB

Seluruh anggota ISMA NTB Semarang mendesak pemerintah provinsi dalam hal ini Dr.TGH.H.Zainul Majdi  (GUBERNUR NTB) untuk segera membangun asrama mahasiswa NTB di kota Semarang untuk menunjang berbagai kegiatan dan aktivitas mahasiswa NTB. Hal ini mengingat segala aktivitas berasal dari sebuah tempat tinggal yang tetap untuk mewadahi segala kegiatan di dalam maupun di luar yang notabenenya untuk pusat informasi, komunikasi, dan transformasi sebagai sarana dan prasarana peningkatan keilmuan mahasiswa NTB yang kompetitif. Selain itu juga untuk memperkokoh hubungan persaudaraan, dan persatuan antara mahasiswa NTB di kota studi, Semarang. Untuk memperkuat solidaritas Ikatan Silaturrahmi Mahasiswa (ISMA) NTB di kota Semarang, berbagai metode dan mekanisme diterapkan, salah satu yang penting adalah proses kaderisasi. Namun, pada perjalanannya ISMA NTB menemukan persoalan yang signifikan untuk melakukan pengrekrutan/pengkaderan anggota. Hal tersebut juga akibat tidak adanya asrama yang