Langsung ke konten utama

SPIRIT ISLAM, NASIONALISME DAN MODERNITAS

SPIRIT ISLAM, NASIONALISME DAN MODERNITAS
Oleh: Adhar


Pada abad ke-20 Masehi, negara-negara yang di bawah kekuasaan imperialisme
Barat (Eropa) mengalami gerakan nasionalisme yang tujuannya untuk menghapus pengaruh
kekaisaran Eropa dan mendirikan negara sendiri secara otonom atau mendirikan negara merdeka berdaulat. Akhirnya umat Islam pun bangkit, dengan spirit, semangat persatuan dan cita-cita kemerdekaan untuk melepaskan diri dari penjajahan kolonial Eropa yang diilhami oleh semangat nasionalisme Islam. Muncullah gerakan-gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh para mujaddid (tokoh-tokoh pembaharu) di berbagai negara Islam.
Indonesia sendiri adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan yang menerapkan nilai-nilai kesatuan melalui Islam Modrernitas sebagai strategi menjunjung tinggi jiwa nasionalisme dan ditandai dengan penerapan sistem demokrasi  terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (USA) dan India. Indonesia memiliki keberagaman etnis, kelompok, dan agama telah membuktikan bahwa persatuan dan rasa nasionalisme yang dapat mengurangi dominasi. Di negara Indonesia, Islam dan demokrasi bisa berjalan berdampingan dalam penyelenggaraan roda pemerintahan negara. Islam yang diterapkan di negara Indonesia adalah Islam moderat yang damai dan melawan terhadap aksi-aksi radikalisme, ekstrimisme serta terorisme yang mengatasnamakan doktrin agama. Islam moderat merupakan ajaran yang mampu mengikuti perkembangan jaman yang mampu mengimbangi pergerakan perubahan kehidupan di dalam masyarakat. Islam moderat yang diterapkan di negara Indonesia memuat beberapa pilar penting yaitu keadilan, kesetaraan, toleransi, pembebasan, kemanusiaan, pluralisme, dan tidak diskriminasi. Ini merupakan konsep sentral Islam, ruh dan risalah yang agung bagi transformasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Model Islam tersebut merupakan Islam yang memperjuangkan nilai-nilai keislaman dan demokrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Negara Indonesia hampir 90% berpenduduk muslim, jadi suatu keharusan bahwa penyelenggaraan sistem demokrasi harus berjalan dengan baik. Demokrasi di negara Indonesia sangat kompatibel dengan Islam sehingga Indonesia dapat dijadikan contoh utama dimana penganut Islam, Katholik, Protestan, Hindhu, Budha, dan Konghucu bisa hidup berdampingan dengan damai dan saling menguatkan satu sama lain. Demokrasi yang dikembangkan di Indonesia adalah demokrasi yang berketuhanan yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan keislaman. Agama dan kekuasaan merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Agama adalah pondasi kekuasaan, sementara kekuasaan yang menjaga agama untuk terus berkembang. Nilai yang mendasari dari penyelenggaraan sistem demokrasi di negara Indonesia dilaksanakan dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, selalu memelihara persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Di negara Indonesia, konsep demokrasi sejalan dengan agama Islam contohnya keikutsertaan rakyat dalam mengontrol, mengangkat, dan menurunkan pemerintah, serta dalam menentukan sejumlah kebijakan lewat wakilnya.
Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, negara Indonesia menjadi bukti bahwa Islam dan demokrasi dapat tumbuh harmonis. Oleh karena itu, sistem demokrasi di setiap negara harus dibangun berdasarkan budaya dan sejarahnya. Jadi, penerapan sistem demokrasi di negara Indonesia berbeda dengan demokrasi yang diterapkan pada negara-negara lain di dunia. Hal itu dikarenakan sejarah pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia berbeda. Perbedaan itu disebabkan karena perbedaan tata nilai sosial budaya yang di anut oleh bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Jadi, demokrasi yang diterapkan di Indonesia berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Kunci membangun Islam yang modernis di Indonesia adalah dengan memperkuat ”empat pilar kebangsaan” yaitu : Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar merupakan pondasi yang kuat untuk membangun demokrasi di Indonesia. Negara Indonesia telah berhasil menjalani konsolidasi demokrasi secara prosedural dan subtansial dengan sukses. Secara institusional, prosedural demokrasi dapat dilihat pada adanya amandemen konstitusi, dilaksanakan pemilihan umum presiden dan legislatif secara langsung, penghargaan pada hak asasi manusia, terbentuknya lembaga pemberantasan korupsi (KPK), dan terlaksananya pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak di 269 daerah pada 09 Desember 2015 secara tertib dan aman. Hal ini menjadi prestasi bagi negara Indonesia bahwa pelaksanaan pemilihan presiden dilakukan secara langsung dan lebih maju dibandingkan dengan pelaksanaan sistem demokrasi di Amerika Serikat (USA).
Kemudian di kawasan ASEAN, negara Indonesia konsisten dalam mempromosikan sistem demokrasi dan pondasi Hak Asasi Manusia. Implementasi sistem demokrasi di Indonesia menular ke berbagai kebijakan perhimpunan bangsa Asia Tenggara (ASEAN) seperti lahirnya Piagam ASEAN pada tahun 2007 yang membuat anggotanya harus mematuhi peraturan yang mengandung nilai demokrasi dan penghargaan terhadap hak asasi manusia. Indonesia berkonstribusi penuh dalam pembentukan Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN 2012 dan pembentukan cita-cita Komunitas ASEAN pada 2015 yang memiliki pilar komunitas politik, keamanan, sosial budaya dan ekonomi. Eksistensi Indonesia juga terlihat dalam kepedulian terhadap negara-negara di kawasan ASEAN, seperti dalam konflik Rohingya di Myanmar. Dalam hal ini Indonesia menunjukan sikap solidaritas dan kepeduliannya. Oleh karena itu, negara Indonesia sangat berpotensi menjadi lokomotif Islam modernis di kawasan Asia.
Kesimpulan:
 Islam modernis menjiwai Nasionalisme dan merupakan sikap politik masyarakat yang mempunyai kesamaan wilayah, budaya, bahasa, idiologi, cita-cita dan tujuan, kemudian mengkristal menjadi paham kebangsaan. Nasionalisme harus memperhatikan kepentingan seluruh warga bangsa Republik Indonesia dengan basis ukhuwah Islamiyah.

LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
Nama : Adhar
Email : Adharfitri21@gmail.com
No Hp : 081252743576
FB : Adhar Malaka
IG : @adharberuk
Ttl : Dusun Kore, 21 Mei 1994
Asal : Naru kecamatan Sape, Kab.Bima, NTB
Status : Mahasiswa S1 di Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) –Semarang
Prodi : Teknik Sipil Angkatan 2012
Organisasi:
1. Forum Persaudaraan Antar Etnis Nusantara (PERANTARA) Jawa Tengah Jabatan: Sekretaris Umum 2016-2017
2. Koalisi Nasional Pemuda Untuk Perubahan Indonesia (KOSNAPI) - Semarang        Jabatan: Ketua Umum 2014-2016
3. Ikatan Silaturahmi Mahasiswa (ISMA) NTB-Semarang Jabatan: Ketua Umum 2014-2015 Motto: TERUS TERANG, TIADA GELAP



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume "Khittah Perjuangan" HMI MPO Oleh: Kader HMI MPO PENDAHULUAN Khittah Perjuangan HMI merupakan dokumen yang menggambarkan konsepsi ideologi sebagai upaya kader memberi penjelasan tentang cara pandang HMI mengenai semesta eksistensi yang wajib diakui, kebenaran yang wajib diperjuangkan, jalan hidup yang wajib dijunjung tinggi, cita-cita yang perlu diraih, dan nilai-nilai yang mengikat atau menjiwai kehidupannya secara individual dan sosial. Muatan Khittah Perjuangan merupakan penjabaran konsepsi filosopis; azas, tujuan, usaha, dan independensi. BAB I AZAS 1.  Keyakinan Muslim Keyakinan merupakan dasar dari setiap gerak dan aktivitas hidup manusia. Tiap-tiap sistem keyakinan memiliki konsepsi tersendiri dalam mengantarkan pengikutnya pada pemahaman dan kepercayaan terhadap Tuhan.  Pertama , sistem keyakinan empiris atau ilmiah yang obyeknya didasarkan pada sesuatu yang nyata. Kelemahannya, sistem keyakinan ini tidak dapat menjelaskan sisi di luar indrawi.
DERAJAT CELCIUS YANG BOHONG Sebelumnya pernah visit kesini, 29 Januari 2016 bersama Bunga Desa Baru. Ia saya juluki dlm salah satu cerita Jawa yaitu Bunga Madangkara, Pitaloka yang menggandrungi raja muda negeri itu, Bramakumbara. Daerah Songgoriti dengan ketinggian lebih kurang 1100 MDPL dengan suhu 15-17 °C itu, ya menggigil. Itulah kawasan wisata bukit PARALAYANG. Sebetulnya yang KU kenakan membungkus sebagian badan (Flanel dgn Celana Jeans sepaha) dianggap tidak sefty Prosedur, sebab mengancam peralihan suhu tubuh, bisa saja dalam waktu tertentu menimbulkan 'Hipotermia', kehilangan suhu panas dlm tubuh. Tapi tak apa kupikir, aku terbiasa diatas gunung yang melebihi suhu (suhu:semakin rendah angkanya semakin dingin), lebih dingin dan menggigil dari kawasan ini, bersama Ganendra Bhadrika. Dengan kawan-kawan paguyuban malam itu, aku hanya fokus dengan ingatan, perihal peristiwa yang dulu terjadi. Dimana kala itu berdua tengah-tengah keramaian, berikrar sebagai wujud k