Langsung ke konten utama
MENULIS BERARTI MENGASAH PEDANG


ADHAR MALAKA: MENULISLAH, Kawan !!

"yang tertulis akan abadi, yang terucap akan lenyap bersama hembusan angin”--- Erwin Arianto (20/Sep/2007,1)

Menulis bukan kewajiban, menulis adalah hak kita untuk menyuarakan suara kita dalam bentuk tulisan. Menulis bisa tentang hal apapun baik berupa hal yang menyenangkan, menyedihkan atau memberi informasi yang berharga. Tulislah segala sesuatu apa yang kamu lihat dan kamu rasakan.

Menulis adalah aktivitas menyusun atau merangkai kata, frasa, kalimat dan alinea serta dimensi-dimensi lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang padu dan utuh sebagai sebuah tulisan/narasi (Firdaus Putra A., 2008:3), hasilnya disebut tulisan (baca: karya tulis) dan orangnya disebut penulis. (Slamet Soeseno, 1995:1) Arief Suwandi (2007:2) pun pengamini definisi tentang menulis tersebut. Hal ini dapan dilihat dari pendapatnya bahwa menulis adalah proses membuat pendapat (sesorang) tersebut dalam bentuk tulisan.

Yang menjadi perhatian, saya sebagai mahasiswa ikut prihatin terhadap minimnya kuantitas mahasiswa yang gemar menulis. Menulis bagi (harusnya) mahasiswa adalah suatu hajad yang sangat penting sekali. Mengingat tugas dan tangggung jawab yang diembannya sebagai kelompok yang membawa obor perubahan/transformator sosial seperti mengaktualisasikan esensinya yakni, TRI DHARMA Perguruan Tinggi;

Berikut adalah tinjauan mengenai isi Tri Dharma Perguruan Tinggi:

1. Pendidikan dan Pengajaran.

Pendidikan dan Pengajaran adalah pilar utama dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana mahasiswa dituntut untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan diharapkan menjadi bibit penerus bangsa yang akan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dan terarah. Pendidikan yang diperoleh pun kemudian harus bersifat transfer of knowledge, yaitu meneruskan pengetahuan yang telah dikembangkan oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Mahasiswa memang dituntut untuk belajar namun juga memiliki kewajiban untuk meneruskannya, baik untuk kemudian menjadi pengajar maupun secara umum ‘mengajar’ orang lain dengan ilmu pengetahuan yang mahasiswa telah miliki.

2. Penelitian dan Pengembangan

Ilmu dan teknologi yang didapatkan mahasiswa haruslah dikembangkan dan diterapkan. Penelitian juga harus dilaksanakan, karena bila tanpa penelitian, sistem pendidikan akan terhambat. Itulah sebabnya mahasiswa akan sering mendapatkan kesulitan dalam perkuliahan, bukan karena faktor dosen atau pengajar, bukan karena faktor fasilitas, namun karena mahasiswa kurang memiliki ‘rasa’ meneliti yang kuat. Tanggung jawab dan keinginan untuk meneliti (tentu saja dengan cara dan sistem yang sesuai dan telah disetujui secara ilmiah). Mahasiswa dituntut untuk ‘peka’ terhadap beragam gejala dan fenomena ilmu pengetahuan untuk diuji dan dibuktikan. Inilah perbedaan yang mendasar antara pelajar dan mahasiswa. Kadangkala, mahasiswa kembali dituntut untuk ‘tidak sekedar menerima’ ilmu, namun juga mengujinya.

3. Pengabdian Masyarakat

Yang ke tiga adalah Pengabdian Masyarakat, mahasiswa dituntut untuk memberikan konstribusi kepada masyarakat. Konstribusi ini harus bersifat konkret atau nyata demi terselenggaranya penerapan ilmu pengetahuan yang didapatkan. Mahasiswa tidak boleh egois dan acuh terhadapa masyarakat, karena ilmu yang didapatkan, apapun bentuk dan jenisnya, apapun fakultasnya, harus digunakan untuk kebaikan masyarakat secara umum. Dari sini kita pun dapat memahami, bahwasanya ‘demonstrasi’ sebenarnya bukanlah sesuatu yang ‘haram’ sebaliknya adalah hal yang sangat wajar dalam dunia demokrasi dan pendidikan modern. Dalam beberapa kasus, demonstrasi dan pergerakan mahasiswa adalah sebuah keharusan, sebagai bentuk dari pengabdian masyarakat.

Jadi bila mahasiswa tidak ‘peka’ terhadap gejala sosial, fenomena politik dan ekonomi, mahasiswa tersebut tidak melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menjadi visi dan misi nya. Mahasiswa yang semata-mata belajar tanpa melakukan penelitian dan atau pengabdian pada masyarakat hanya melaksanakan poin pertama, dan tidak mampu membedakan perguruan tinggi dan lembaga ketrampilan atau kursus, dimana memang tujuannya semata-mata untuk kepentingan skill atau applied science yang kelak digunakan untuk mendapatkan pekerjaan atau diaplikasikan untuk ‘bekerja’ di dunia nyata.

Seharusnya seorang mahasiswa sadar bila ia memutuskan untuk mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, ia terikat pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, bukannya sekedar memperoleh ilmu yang digunakan untuk ‘kepentingan pribadi’ seperti pada lembaga ketrampilan namun juga tanggung jawab dibaliknya.

Nah kawan (Mahasiswa) sekalian, mengingat kita adalah "agent of change" yang merupakan penyalur aspirasi rakyat, untuk menyampaikan gagasan, ide, konsep, maupun mengeritik terhadap sistem yang bobrok oleh sang legitimator (penguasa/pemerintah). Jadi menulis adalah satu hal yang sangat mulia.

Ayo menulis !!

Kalau engkau bukan anak raja, dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” (Syaikh Imam Al Ghazali)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIMPU MBOJO TAMPIL DI SEMARANG Semarang---Minggu, 20 November 2016 Sekarang giliran RIMPU (Busana adat Mbojo/Bima yang dikenakan putri-putrinya) eksis dan harus terus tampil di Semarang oleh Pelajar atau Mahasiswa yang mengenyam pendidikan di Kota Semarang. Perihal ini adalah agar tetap mempertahankan Budaya asli Dou Mbojo. Dou artinya Orang, Mbojo adalah nama suku orang Bima yang berarti (Orang Bima). Dalam kesempatan ini teman-teman mahasiswa dari KAB maupun Kota Bima ikut berpartisipasi dlm agenda Kirab Budaya dengan tema "PANCASILA RUMAH KITA". Diselenggarakan Pemerintah Kota Semarang. RIMPU dalam perspektif KAB/KOTA [Kab.Bima] Rimpu merupakan sebuah budaya dalam dimensi busana pada masyarakat Bima (Dou Mbojo). Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima ada. Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam (Kesultanan atau Kerajaan Islam). [KOTA BIMA] Rimpu a
Resume "Khittah Perjuangan" HMI MPO Oleh: Kader HMI MPO PENDAHULUAN Khittah Perjuangan HMI merupakan dokumen yang menggambarkan konsepsi ideologi sebagai upaya kader memberi penjelasan tentang cara pandang HMI mengenai semesta eksistensi yang wajib diakui, kebenaran yang wajib diperjuangkan, jalan hidup yang wajib dijunjung tinggi, cita-cita yang perlu diraih, dan nilai-nilai yang mengikat atau menjiwai kehidupannya secara individual dan sosial. Muatan Khittah Perjuangan merupakan penjabaran konsepsi filosopis; azas, tujuan, usaha, dan independensi. BAB I AZAS 1.  Keyakinan Muslim Keyakinan merupakan dasar dari setiap gerak dan aktivitas hidup manusia. Tiap-tiap sistem keyakinan memiliki konsepsi tersendiri dalam mengantarkan pengikutnya pada pemahaman dan kepercayaan terhadap Tuhan.  Pertama , sistem keyakinan empiris atau ilmiah yang obyeknya didasarkan pada sesuatu yang nyata. Kelemahannya, sistem keyakinan ini tidak dapat menjelaskan sisi di luar indrawi.

SPIRIT ISLAM, NASIONALISME DAN MODERNITAS

SPIRIT ISLAM, NASIONALISME DAN MODERNITAS Oleh: Adhar Pada abad ke-20 Masehi, negara-negara yang di bawah kekuasaan imperialisme Barat (Eropa) mengalami gerakan nasionalisme yang tujuannya untuk menghapus pengaruh kekaisaran Eropa dan mendirikan negara sendiri secara otonom atau mendirikan negara merdeka berdaulat. Akhirnya umat Islam pun bangkit, dengan spirit, semangat persatuan dan cita-cita kemerdekaan untuk melepaskan diri dari penjajahan kolonial Eropa yang diilhami oleh semangat nasionalisme Islam. Muncullah gerakan-gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh para mujaddid (tokoh-tokoh pembaharu) di berbagai negara Islam. Indonesia sendiri adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan yang menerapkan nilai-nilai kesatuan melalui Islam Modrernitas sebagai strategi menjunjung tinggi jiwa nasionalisme dan ditandai dengan penerapan sistem demokrasi  terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat (USA) dan India. Indonesia memiliki keberagaman etnis, kelompok, da