DERAJAT CELCIUS YANG BOHONG
Sebelumnya pernah visit kesini, 29 Januari 2016 bersama Bunga Desa Baru. Ia saya juluki dlm salah satu cerita Jawa yaitu Bunga Madangkara, Pitaloka yang menggandrungi raja muda negeri itu, Bramakumbara.
Daerah Songgoriti dengan ketinggian lebih kurang 1100 MDPL dengan suhu 15-17 °C itu, ya menggigil. Itulah kawasan wisata bukit PARALAYANG. Sebetulnya yang KU kenakan membungkus sebagian badan (Flanel dgn Celana Jeans sepaha) dianggap tidak sefty Prosedur, sebab mengancam peralihan suhu tubuh, bisa saja dalam waktu tertentu menimbulkan 'Hipotermia', kehilangan suhu panas dlm tubuh.
Tapi tak apa kupikir, aku terbiasa diatas gunung yang melebihi suhu (suhu:semakin rendah angkanya semakin dingin), lebih dingin dan menggigil dari kawasan ini, bersama Ganendra Bhadrika.
Dengan kawan-kawan paguyuban malam itu, aku hanya fokus dengan ingatan, perihal peristiwa yang dulu terjadi. Dimana kala itu berdua tengah-tengah keramaian, berikrar sebagai wujud ketahanan hubungan antar qalbu.
Sssttt...(Tak perlu sy lanjutkan)... Siapa sangka berakhir, juga dipicu karna berada di sini?
Ya, pendengaran akan kalah dengan penglihatan/pengamatan (observasi)..
Bahwa kebenaran acuh kpd lidah yg mengucap sbg sarana (representasi kelamisanmu).
Lamis...!
Ap itu lamis..?
Tanya mas Joko priyatno...!
Hehe
Sebelumnya pernah visit kesini, 29 Januari 2016 bersama Bunga Desa Baru. Ia saya juluki dlm salah satu cerita Jawa yaitu Bunga Madangkara, Pitaloka yang menggandrungi raja muda negeri itu, Bramakumbara.
Daerah Songgoriti dengan ketinggian lebih kurang 1100 MDPL dengan suhu 15-17 °C itu, ya menggigil. Itulah kawasan wisata bukit PARALAYANG. Sebetulnya yang KU kenakan membungkus sebagian badan (Flanel dgn Celana Jeans sepaha) dianggap tidak sefty Prosedur, sebab mengancam peralihan suhu tubuh, bisa saja dalam waktu tertentu menimbulkan 'Hipotermia', kehilangan suhu panas dlm tubuh.
Tapi tak apa kupikir, aku terbiasa diatas gunung yang melebihi suhu (suhu:semakin rendah angkanya semakin dingin), lebih dingin dan menggigil dari kawasan ini, bersama Ganendra Bhadrika.
Dengan kawan-kawan paguyuban malam itu, aku hanya fokus dengan ingatan, perihal peristiwa yang dulu terjadi. Dimana kala itu berdua tengah-tengah keramaian, berikrar sebagai wujud ketahanan hubungan antar qalbu.
Sssttt...(Tak perlu sy lanjutkan)... Siapa sangka berakhir, juga dipicu karna berada di sini?
Ya, pendengaran akan kalah dengan penglihatan/pengamatan (observasi)..
Bahwa kebenaran acuh kpd lidah yg mengucap sbg sarana (representasi kelamisanmu).
Lamis...!
Ap itu lamis..?
Tanya mas Joko priyatno...!
Hehe
Komentar
Posting Komentar